Jumat, 26 Oktober 2012

Tadzakkur & Tafakkur


Tadzakkur artinya mengambil pelajaran dan Tafakkur berarti memikirkan atau mengamati. Segala sesuatu yang telah kita lakukan akan selalu meninggalkan kesan, akibat dan rasa yang muncul, hadir dan melekat dalam jiwa diri manusia. Hal itu semua menjadikan akal untuk berpikir dalam mengambil semua tindakan yang telah dilakukan. Maka ambilah pelajaran dari akhir perbuatan.
            Keinginan hati yang terus-menerus hadir untuk melakukan sesuatu akan senantiasa berkecamuk di dada. Maka, jiwa manusia memiliki dua pilihan yang akan menentukan sikap tindakan yang akan dilakukan. Pertama, jiwa cenderung untuk melakukan kebaikan dan yang kedua menuruti keburukan. Sehingga tugas manusia adalah untuk menyerukan yang baik dan mencegah yang mun’kar.
            Kenikmatan yang telah diberikan oleh Allah Swt sungguh tiada tertandingi dan Maha Kreator-Nya yang senantiasa tidak kehilangan ide untuk menciptakan makhluk-Nya. Dengan adanya indera yang dimiliki manusia, maka segala yang bisa diindera tentu bisa dirasakan. Hal ini akan memacu pengamatan dan memikirkan kondisi internal dan eksternal. Fungsi akal sangat berpengaruh dalam usaha memikirkan dan mengamati karunia, fenomena dan kalam Allah Swt untuk implementasi ibadah.
            Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan bahwa ada manfaat usaha mencari buah pikiran dari Tadzakur yaitu: tidak mengumbar harapan, menyimak Al-Qur’an, dan meninggalkan lima perkara yang merusak hati. Lima perkara yang merusak hati yaitu:
  1. tidak banyak bergaul
  2. tidak mengumbar angan-angan
  3. tidak bergantung kepada selain Allah
  4. mengurangi makan
  5. sedikit tidur
Kebutuhan rohani dan jasmani harus seimbang, supaya kenikmatan yang dirasakan akan kecintaan Allah Swt dapat senantiasa terjaga kualitasnya. Manusia kadang lalai dan mengikuti hawa nafsu saja. Padahal jiwa saat hati hanya mengikuti keinginan yang tidak baik akan terjerumus pada kesesatan. Walaupun kecenderuangan keninginan itu pada hakikatnya kepada kefasikan, sehingga memutuskan perkara sebelum melakukan sesuatu harus kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah. Dua perkara inilah yang akan membimbing manusia dalam proses tadzakkur dan tafakkur.

crak loader OEM information

http://www.ziddu.com/download/20711302/Crack.rar.html

Senin, 08 Oktober 2012

Kisi Kisi UKP

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH
DIMENSI  KOMPETENSI  INDIKATOR
Supervisi Manajerial  Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam rangka meningkatkan
mutu pendidikan di sekolah
Menerapkan    prinsip-prinsip supervisi manajerial untuk
peningkatan mutu pendidikan di sekolah
Menerapkan metode supervisi manajerial
Menerapkan teknik supervisi manajerial untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
Menerapkan teknik supervisi manajerial untuk
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
Menyusun program kepengawasan
berdasarkan visi-misi-tujuan dan program
pendidikan di sekolah
Menganalisis kebutuhan program kepengawasan supervisi
manajerial
Membagankan program kepengawasan supervisi
manajerial berdasarkan visi, misi, tujuan dan program
pendidikan di sekolah
Merancang program kepengawasan supervisi manajerial
berdasarkan visi, misi, tujuan dan program pendidikan di
sekolah
Menyusun  metode kerja dan instrumen
yang diperlukan untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsi pengawasan disekolah
Merancang  metode kerja pengawasan yang efektif
Menerapkan metode kerja dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi pengawasan
Menerapkan  metode kerja dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi pengawasan
Menyusun  instrument  kepengawasan
Mengunakan insrumen kepengawasan
Menyusun laporan hasil-hasil pengawas dan
menindaklanjutinya untuk perbaikan
program pengawasan berikutnya di sekolah
Menganalisis hasil supervisi manajerial
Menyusun laporan hasil supervisi manajerial
menyusun program tindaklanjut hasil kepengawassan
DIMENSI  KOMPETENSI  INDIKATOR
Membina kepala sekolah dalam pengelolaan
dan administrasi satuan pendidikan
berdasarkan manajemen peningkatan mutu
pendidikan di sekolah
Melaksanakan pembinaan dalam pengelolaan satuan
pendidikan sesuai 8 SNP
Melaksanakan pembinaan dalam  penyusunan administrasi
sekolah
Membina kepala sekolah dan guru dalam
melaksanakan bimbingan konseling di
sekolah
Mengarahkan kepala sekolah dan  guru  dalam  menganalisis
permasalahan layanan bimbingan konseling di sekolah
Mengarahkan kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan
bimbingan konseling
Mendorong guru dan kepala sekolah  dalam
merefleksikan hasil-  hasil yang dicapainya
untuk menemukan    kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas
pokoknya di sekolah
Meningkatkan motivasi guru untuk melakukan refleksi
terhadap tugas pokoknya
Meningkatkan  motivasi kepala sekolah dalam merefleksikan
proses dan hasil-hasil pengelolaan dan administrasi sekolah
Memantau pelaksanaan standar nasional
pendidikan dan memanfaatkan hasil-hasilnya
untuk membantu kepala sekolah
Menilai  pencapaian   pelasanaan 8 Standar Nasional
Pendidikan di sekolah
Membuat rekomendasi hasil pemantauan untuk penyusunan
program sekolah dalam upaya pemenuhan 8 SNP
KISI-KISI UJI KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH
DIMENSI  KOMPETENSI  INDIKATOR
Supervisi
Akademik
Menyusun rencana pengawasan
akademik (RPA)/ rencana pengawasan
bimbingan konseling (RPBK)
Menegaskan jenis-jenis kegiatan yang akan dilakukan
Merumuskan tujuan supervisi akademik
Menganalisis kesesuaian antara komponen dan isi pada RPA/RPBK
Memahami konsep, prinsip, teori
dasar,
karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran.
Mencerahkan guru tentang konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan atau mata
pelajaran
Melatih guru menggunakan konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik,
dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan atau
mata pelajaran
Memahami konsep, prinsip,
teori/teknologi,
karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan proses pembelajaran/
bimbingan tiap bidang pengembangan
atau mata pelajaran
Mencerahkan guru tentang konsep, prinsip, teori/teknologi,
karakteristik, dan kecenderungan perkembangan proses
pembelajaran/bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata
pelajaran
Melatih guru menggunakan konsep, prinsip, teori/teknologi,
karakteristik, dan kecenderungan
perkembangan proses pembelajaran/
bimbingan tiap bidang pengembangan atau mata pelajaran
Membimbing guru dalam menyusun
silabus tiap bidang pengembangan
atau mata pelajaran berlandaskan
standar isi, standar kompetensi dan
kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP.
Membimbing guru menganalisis SK dan KD
Mencerahkan guru merumuskan indikator pencapaian kompetensi
Membimbing guru dalam menentukan  materi pelajaran.
Membimbing guru menentukan  kegiatan pembelajaran.
Membimbing guru dalam memilih dan
menggunakan strategi/ metode/
teknik pembelajaran/ bimbingan yang
dapat mengembangkan berbagai
potensi siswa melalui tiap bidang
Membimbing guru dalam menentukan strategi/ metode/ teknik
pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa
Mencontohkan guru pelaksanaan strategi/ metode/ teknik pembelajaran
yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa. 
DIMENSI  KOMPETENSI  INDIKATOR
pengembangan atau mata pelajaran.
Membimbing guru dalam menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) untuk tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran.
Membimbing  guru memperkirakan strategi/ metode/ teknik
pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa.
Membimbing guru dalam merumuskan tujuan  pembelajaran
Mengarahkan guru dalam menyusun materi   pembelajaran
Mengarahkan guru dalam  menyusun kegiatan pembelajaran
Membimbing guru menentukan sumber  belajar
Membimbing guru merancang penilaian hasil belajar.
Membimbing guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran
/bimbingan (di kelas, laboratorium,
dan/ atau di lapangan) untuk tiap
bidang pengembangan atau mata
pelajaran.
Mencerahkan guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang telah
disusun pada RPP
Membimbing guru melaksanakan penugasan terstruktur dan kegiatan
mandiri tidak terstruktur
Membimbing guru dalam mengelola,
merawat, mengembangkan dan
menggunakan media pendidikan dan
fasilitas pembelajaran/ bimbingan tiap
bidang pengembangan atau mata
pelajaran.
Mengarahkan guru dalam mengatur fasilitas pembelajaran. 
Membimbing guru mencontohkan media pembelajaran. yang paling tepat
sesuai dengan karakteristik masing-masing KD
Membimbing guru menemukan media pembelajaran
Memotivasi guru untuk memanfaatkan
teknologi informasi dalam
pembelajaran/ bimbingan tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran.
Mengarahkan  guru memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK)
dalam pembelajaran
Menilai guru untuk memanfaatkan TIK dalam pelaksanaan proses
pembelajaran.
KISI-KISI UJI KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH
DIMENSI  KOMPETENSI  INDIKATOR
Penelitian dan
Pengembangan
Menguasai berbagai pendekatan, jenis,
dan metode penelitian dalam pendidikan
Membandingkan karakteristik berbagai pendekatan  dalam
penelitian
Mengklasifikasi berbagai jenis penelitian
Menentukan masalah kepengawasan yang
penting diteliti baik untuk keperluan tugas
pengawasan maupun untuk pengembangan
karirnya sebagai pengawas
Melatih kepala sekolah dalam  mengidentifikasi masalah
penelitian pendidikan
Merumuskan masalah penelitian pendidikan
Menyusun proposal penelitian pendidikan
baik proposal penelitian kualitatif maupun
penelitian kuantitatif
Mencerahkan tujuan penelitian
Menyusun landasan teori
Menentukan metodologi penelitian
Melaksanakan penelitian pendidikan untuk
pemecahan masalah pendidikan, dan
perumusan kebijakan pendidikan yang
bermanfaat bagi tugas pokok tanggung
jawabnya
Memilih dan Mengembangkan instrumen penelitian
Mengumpulkan data
Mengolah dan menganalisis data hasil
penelitian pendidikan baik data kualitatif
maupun data kuantitatif
Mentabulasi data hasil penelitian
Menganalisis data penelitian
Menginterpretasikan data hasil penelitian
Menulis karya tulis  ilmiah (KTI) dalam bidang
pendidikan dan atau bidang kepengawasan
dan memanfaatkannya untuk perbaikan mutu
pendidikan
Menyusun penulisan karya ilmiah (artikel) hasil penelitian
Menyusun  penulisan karya ilmiah (artikel)  non    hasil
penelitian
Mempublikasikan karya tulis ilmiah untuk perbaikan mutu
pendidikan
Menyusun pedoman/panduan dan atau
buku/modul yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pengawasan di sekolah
Menyusun buku pedoman tugas kepengawasan  
DIMENSI  KOMPETENSI  INDIKATOR
Menyusun buku pedoman kinerja kepengawasan
Memberikan bimbingan kepada guru tentang
penelitian tindakan kelas, baik perencanaan
maupun pelaksanaannya di sekolah
menengah kejuruan
Mencerahkan guru dalam mengidentifikasi masalah PTK
Menemukan topik/judul PTK
Memberikan bimbingan  kepada guru tentang
penelitian tindakan kelas, baik perencanaan
maupun pelaksanaannya di sekolah
menengah kejuruan
Merumuskan masalah penelitian PTK
Mengarahkan alternatif tindakan dalam PTK
Mengarahkan guru  dalam penyusunan kerangka teori yang
berhubungan dengan topik penelitian
Mencerahkan guru tentang  tahapan siklus dalam PTK
KISI-KISI UJI KOMPETENSI PENGAWAS SEKOLAH/MADRASAH
DIMENSI  KOMPETENSI  INDIKATOR
Evaluasi Pendidikan  Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan
pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap
mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan
Menentukan kriteria ketuntasan minimal kompetensi dasar
Menentukan indikator keberhasilan pembelajaran
Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting dinilai dalam
pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan
Membimbing guru dalam membedakan aspek-aspek penting
yang dinilai  sesuai dengan karakteristik peserta didik
Membimbing guru dalam mengkategorikan aspek-aspek
penilaian yang sesuai dengan tuntutan pencapaian
kompetensi dasar
Melatih  guru dalam menentukan aspek-aspek penting yang
dinilai dalam pembelajaran sesuai dengan karakteristik mata
pelajaran/ bidang pengembangan
Menilai kinerja kepala sekolah, kinerja guru
dan staf sekolah lainnya dalam melaksanakan
tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan
pembelajaran
Menentukan aspek-aspek  penilaian kinerja kepala sekolah,
guru, dan staf sekolah
Memilih perangkat penilaian yang tepat digunakan untuk
menilai kinerja kepala sekolah, guru, dan staf sekolah
Menilai kinerja kepala sekolah, guru, dan staf sekolah dalam
melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya
Memantau pelaksanaan pembelajaran/
bimbingan dan hasil belajar siswa serta
menganalisisnya untuk perbaikan mutu
pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran
Menentukan aspek-aspek pemantauan kinerja guru  dalam
melaksanakan pembelajaran
Menyimpulkan hasil  pemantauan  kinerja guru dalam
pembelajaran
Menilai tingkat kesesuaian antara perencanaan dengan
pelaksanaan pembelajaran
Membina guru dalam memanfaatkan hasil
penilaian untuk kepentingan  pendidikan dan
pembelajaran/bimbingan tiap bidang
pengembangan atau mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan
Melatih guru dalam menganalisis hasil penilaian
Mengarahkan guru dalam memanfaatkan hasil analisis
untuk menyusun program tindaklanjut
DIMENSI  KOMPETENSI  INDIKATOR
Mengolah dan menganalisis data hasil
penilaian kinerja kepala sekolah, kinerja guru
dan staf sekolah
Menyeleksi data hasil penilaian kinerja kepala sekolah, guru,
dan staf sekolah
Menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala sekolah,
guru, dan staf sekolah
Menyusun program tindak lanjut dalam rangka perbaikan
kinerja yang bersangkutan

contoh Uji kompetensi

1
UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK
PAKET IA
Indikator Mendeskripsikan karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI
berkaitan dengan aspek fisik.
Deskriptor Menjelaskan karakteristik perkembangan aspek fisik peserta didik
SD/MI.
Butir Soal 1  Pernyataan di bawah ini merupakan karakteristik perkembangan
peserta didik SD/MI ditinjau dari aspek fisik, kecuali ....
a.  menunjukkan variasi yang besar pada tinggi dan berat badan
b.  memiliki keterampilan fisik untuk memainkan permainan
c.  penambahan-penambahan dalam kemampuan motorik halus
d.  memiliki kemampuan dalam mengangkat beban yang berat
Kunci Jawaban D
Penjelasan Karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI ditinjau dari aspek
fisik antara lain: mulai kehilangan gigi bayi, namun tumbuh gigi baru,
memiliki dorongan dan energi secara eksplosif, mengulang kembali
keterampilan-keterampilan secara tuntas, dan menyenangi olahraga
secara kelompok. Jadi memiliki kemampuan dalam mengangkat beban
yang berat, bukan merupakan karakteristik perkembangan aspek fisik
anak usia SD.
Reference Shickedanz, Yudith A, Shickedanz, David A. and Forsyth, Peggy D,
Toward Understanding Children, (19982) Canada: Little ,Brown &
Company.
2
Indikator Mendeskripsikan karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI
berkaitan dengan aspek intelektual.
Deskriptor Menjelaskan karakteristik perkembangan aspek intelektual peserta
didik SD/MI.
Butir Soal 2 Kreativitas merupakan salah satu karakteristik perkembangan
intelektual siswa SD, yang artinya kemampuan untuk ….
a.  memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang
sering dilakukan dan menghasilkan kepuasan kepada dirinya
sendiri dan orang lain
b.  penalaran yang menggunakan logika-logika yang dapatditerima
oleh semua orang dan menghasilkan penyelesaian persoalan untuk
mengambil keputusan
c.  berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak
biasa serta menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai
persoalan
d.  mengembangkan ide-ide secara cerdas dalam rangka penyelesaian
masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan masa sekarang
maupun masa yang akan datang
Kunci Jawaban C
Penjelasan Kreativitas merupakan salah satu karakteristik perkembangan aspek
intelektual siswa SD. Menurut Hurlock, kreativitas adalah kemampuan
untuk berfikir tentang sesuatu dengan suatu cara yang baru dan tidak
biasa serta menghasilkan penyelesaian yang unik terhadap berbagai
persoalan.
Reference Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi kelima, Alihbahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo, (1980) Jakarta: Erlangga
3
Indikator Mendeskripsikan karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI
berkaitan dengan aspek sosial
Deskriptor Menjelaskan karakteristik perkembangan aspek sosial peserta didik
SD/MI.
Butir Soal 3 Pernyataan di bawah ini yang merupakankarakteristik perkembangan
peserta didik SD/MI ditinjau dari aspek sosial adalah ....
a.  mulai menyukai teman sebaya sesama jenis
b.  berperan serta dalam permainan logika
c.  menyukai teman sebaya lawan jenis
d.  dapat bekerja dalam durasi waktu yang lama
Kunci Jawaban A
Penjelasan Karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI ditinjau dari aspek
sosial antara lain: mulai dapat bekerja sama dalam kelompok,
memiliki keasyikan sendiri, dapat beradu argumentasi, dan menyukai
teman sebaya sesama jenis. Jadi, mulai menyukai teman sebaya
sesama jenis, berperan serta dalam permainan logika, dan menyukai
teman sebaya lawan jenis bukan merupakan karakteristik
perkembangan peserta didik usia SD.
Reference Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi kelima, Alihbahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo, (1980) Jakarta: Erlangga
4
Indikator Mendeskripsikan karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI
berkaitan dengan aspek emosional.
Deskriptor Menjelaskan karakteristik perkembangan aspek emosional peserta
didik SD/MI.
Butir Soal 4 Pernyataan di bawah ini merupakan karakteristik perkembangan
peserta didik SD/MI ditinjau dari aspek emosional, kecuali ....
a.  kesulitan memulai sesuatu, tetapi jika berhasil akan bertahan
sampai akhir
b.  menampakkan marah apabila mengalami kesulitan di sekolah
c.  mulai muncul perasaan simpati kepada orang yang lebih dewasa
d.  memiliki rasa humor yang diekspresikan dalam lelucon praktis
Kunci Jawaban C
Penjelasan Menurut Hurlock, karakteristik perkembangan emosional anak usia SD
antara lain: kesulitan memulai sesuatu tetapi jika berhasil akan
bertahan sampai akhir, menampakkan marah apabila mengalami
kesulitan di sekolah, memiliki rasa humor yang diekspresikan dalam
lelucon praktis, dan memiliki rasa sensitif dan mudah tersinggung
dalam intensitas yang ringan. Jadi, mulai muncul perasaan simpati
kepada orang yang lebih dewasa bukan merupakan karakteristik
perkembangan emosional anak usia SD
Reference Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi kelima, Alihbahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo, (1980) Jakarta: Erlangga
5
Indikator Mendeskripsikan karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI
berkaitan dengan aspek moral.
Deskriptor Menjelaskan karakteristik perkembangan aspek moral peserta didik
SD/MI.
Butir Soal 5 Perkembangan perilaku moral dan perkembangan konsep moral
merupakan fase-fase perkembangan moral yang harus dicapai seorang
anak. Pada fase perkembangan perilaku moral, seorang anak belajar
melalui cara-cara berikut, kecuali ….
a.  coba-ralat (trial and error)
b.  pendidikan langsung,
c.  identifikasi
d.  observasi
Kunci Jawaban D
Penjelasan Menurut Hurlock, perkembangan moral anak terdiri atas dua fase,
yakni: fase pertama, perkembangan prilaku moral danfase kedua,
perkembangan konsep moral. Metode-metode yang digunakan agar
anak mengalami fase perkembangan perilaku moral terdiri atas coba-ralat (trial and error), pendidikan langsung, dan identifikasi.
Reference Hurlock, Elizabeth B,  Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi kelima, Alihbahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo, (1980) Jakarta: Erlangga
6
Indikator Mendeskripsikan karakteristik perkembangan peserta didik SD/MI
berkaitan dengan latar belakang sosial budaya.
Deskriptor  Menjelaskan karakteristik perkembangan berkaitan dengan latar
belakang sosial peserta didik SD/MI.
Butir Soal 6 Pada anak usia sekolah dasar sering disebut ‘usia berkelompok’.
Pernyataan tersebut menunjukkan karakteristik perkembangan anak
dalam aspek ….
a.  sosial
b.  moral
c.  intelektual
d.  emosional
Kunci Jawaban A
Penjelasan Hurlock, menyatakan bahwa karakteristikperkembangan aspek sosial
anak usia SD, antara lain: anak berminat dalam kegiatan dengan teman
sebaya, ingin menjadi bagian dari kelompok yang mengharapkan untuk
dapat menyesuaikan diri dengan nilai dan perilaku, serta minat para
anggota kelompok. Berdasarkan karakteristik perkembangan sosial
tersebut, usia ini disebut juga ‘usia berkelompok’
Reference Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi kelima, Alihbahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo, (1980) Jakarta: Erlangga.
7
Indikator Mengidentifikasi bakat dan minat peserta didik usia sekolah dasar
dalam lima mata pelajaran SD/MI.
Deskriptor Mengidentifikasi bakat dan minat peserta didik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran PKn SD/MI.
Butir Soal 7 Pada mata pelajaran PKn, salah satu minat siswa usia sekolah dasar
yang dapat teridentifikasi dalam proses pembelajaran adalah minat
terhadap ….
a.  masalah sosial
b.  bidang olahraga
c.  tubuh manusia
d.  kesehatan manusia
Kunci Jawaban A
Penjelasan Menurut Hurlock minat anak usia SD antara lain terdiri atas: minat
terhadap tubuh, minat terhadap kesehatan tubuh, minat terhadap
sekolah, minat terhadap status dan simbol, minat terhadap penampilan,
minat terhadap masalah sosial, dsb. Dalam pembelajaran mata
pelajaran PKn merupakan salah satu cara guru untuk mengidentifikasi
minat siswa terhadap masalah sosial. Substansi kajian dalam mata
pelajaran PKn sangat berhubungan dengan minat-minatsiswa terhadap
masalah sosial, bukan bidang olahraga, atau kesehatan/tubuh manusia.
Reference Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi kelima, Alihbahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo, (1980) Jakarta: Erlangga
8
Indikator Mengidentifikasi bakat dan minat peserta didik usia sekolah dasar
dalam lima mata pelajaran SD/MI.
Deskriptor Mengidentifikasi bakat dan minat peserta didik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran Matematika SD/MI.
Butir Soal 8 Dalam proses pembelajaraan Matematika,khususnya ketika guru
mengaitkan materi pelajaran dengan kebutuhan hidup sehari-hari maka
guru telah berupaya agar pembelajaran memungkinkanbagi guru
untuk mengidentifikasi minat siswa terhadap ….
a.  kesehatan
b.  status
c.  penampilan
d.  pekerjaan
Kunci Jawaban D
Penjelasan Menurut Hurlock minat siswa antara lainterdiri atas minat terhadap
tubuh, minat terhadap kesehatan, minat terhadap sekolah, minat
terhadap status, minat terhadap pekerjaan di masa depan, minat
terhadap penampilan, minat terhadap masalah sosial,dsb.
Pembelajaran mata pelajaran Matematika, khususnya ketika guru
mengaitkan konsep atau kegunaan matematikan dengan kehidupan
sehari-hari memungkinkan guru untuk mengidentifikasi minat-minat
siswa terhadap pekerjaan di masa datang.
Reference Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi kelima, Alihbahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo, (1980) Jakarta: Erlangga
9
Indikator Mengidentifikasi bakat dan minat peserta didik usia sekolah dasar
dalam lima mata pelajaran SD/MI.
Deskriptor Mengidentifikasi bakat dan minat peserta didik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI.
Butir Soal 9 Ketika dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, ketika ada siswa yang
sangat antusias memerankan tokoh dongeng atau cerita rakyat yang
disukai berarti guru telah menyajikan bahan pelajaran dengan menarik,
dengan demikian guru dapat mengindentifikasi minat  siswa terhadap
….
a.  penampilan
b.  pekerjaan
c.  sekolah
d.  status
Kunci Jawaban C
Penjelasan Menurut Hurlock minat siswa antara lainterdiri atas minat terhadap
tubuh, minat terhadap kesehatan, minat terhadap sekolah, minat
terhadap pekerjaan di masa depan, minat terhadap status dan simbol,
minat terhadap penampilan, dsb. Dalam proses pembelajaran, Bahasa
Indonesia ketika ada siswa yang sangat antusias memerankan tokoh
dongeng atau cerita rakyat yang disukai, berarti guru telah menyajikan
bahan pelajaran dengan menarik. Dengan demikian, bahan pelajaran
yang menarik tersebut dapat mengindentifikasi minatsiswa terhadap
sekolah. Minat anak terhadap sekolah secara positifcenderung
mempengaruhi sikap dan minat anak terhadap sekolah.
Reference Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi kelima, Alihbahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo, (1980) Jakarta: Erlangga
10
Indikator Mengidentifikasi bakat dan minat peserta didik usia sekolah dasar
dalam lima mata pelajaran SD/MI.
Deskriptor Mengidentifikasi bakat dan minat peserta didik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran IPA SD/MI.
Butir Soal 10 Dalam proses pembelajaran tentang kompetensi dasar:
‘mengidentifikasi kebutuhan tubuh agar tumbuh sehat dan kuat
(makanan, air, pakaian, udara, lingkungan sehat)’,  guru tampak dapat
mengidentifikasi siswa yang selalu bertanya dan mampu membuat
laporan tentang apa saja yang diminatinya dengan sangat baik.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa guru dapat
mengidentifikasi minat siswa terhadap …
a.  seks
b.  penampilan
c.  kesehatan
d.  pekerjaan
Kunci Jawaban C
Penjelasan Menurut Hurlock minat siswa antara lainterdiri atas minat terhadap
tubuh, minat terhadap kesehatan, minat terhadap sekolah, minat
terhadap pekerjaan di masa depan, minat terhadap status dan simbol,
minat terhadap penampilan, minat siswa terhadap masalah sosial, dsb.
Dalam pembelajaran mata pelajaran IPA, khususnya tentang
kompetensi: ‘mengidentifikasi kebutuhan tubuh agartumbuh sehat
dan kuat (makanan, air, pakaian, udara, lingkungan sehat)’, ketika ada
siswa yang yang selalu bertanya, kemudian mampu membuat laporan
tentang apa saja yang diminatinya dengan sangat baik maka guru dapat
mengidentifikasi minat siswa terhadap kesehatan.
Reference Hurlock, Elizabeth B,  Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi kelima, Alihbahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo, (1980) Jakarta: Erlangga
11
Indikator Mengidentifikasi bakat dan minat peserta didik usia sekolah dasar
dalam lima mata pelajaran SD/MI.
Deskriptor Mengidentifikasi bakat dan minat peserta didik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran IPS SD/MI.
Butir Soal 11 Minat siswa yang dapat teridentifikasi melalui mata pelajaran IPS
adalah ‘minat terhadap lambang status’. Salah satunya adalah ….
a.  nama-nama keluarga
b.  penampilan diri
c.  ikatan kekerabatan
d.  jenis pekerjaan orang tua
Kunci Jawaban D
Penjelasan Menurut Hurlock minat siswa antara lainterdiri atas minat terhadap
tubuh, minat terhadap kesehatan, minat terhadap sekolah, minat
terhadap pekerjaan di masa depan, minat terhadap status dan simbol,
minat terhadap penampilan, minat terhadap masalah sosial, dsb.
Melalui pembelajaran IPS, guru dapat mengidentifikasi minat siswa
terhadap jenis pekerjaan urang tua.
Reference Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan
Sepanjang Rentang Kehidupan, Edisi kelima, Alihbahasa:
Istiwidayanti dan Soedjarwo, (1980) Jakarta: Erlangga
12
Indikator Mengidentifikasi kemampuan awal pesertadidik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran PKn SD/MI.
Deskriptor Menyebutkan penguasaan kompetensi prasyarat peserta didik dalam
mata pelajaran PKn.
Butir Soal 12 Dalam proses pembelajaran PKn, guru kelas I SD mengajarkan tentang
kompetensi dasar: ‘Melaksanakan aturan yang berlakudi masyarakat’,
maka kompetensi prasyarat yang harus dimiliki siswaadalah ….
a.  mengenal pentingnya tata tertib di mayarakat
b.  melaksanakan hidup rukun di masyarakat
c.  mengenal lingkungan rumah dan sekolah
d.  mengikuti tata tertib di rumah dan sekolah
Kunci Jawaban D,
Penjelasan Kompetensi awal adalah penguasaan kemampuan prasyarat yang harus
dimiliki siswa sebelum mempelajari materi/topik/kompetensi tertentu.
Jika hal tersebut tidak dilakukan akan menghambat penguasaan materi
yang /topik/kompetensi dipelajari. Dalam pembelajaran PKn,
khususnya kompetensi dasar: ‘Melaksanakan aturan yang berlaku di
masyarakat’, maka kompetensi prasyarat yang harus dimiliki siswa
adalah mengikuti tata tertib di rumah dan sekoalah.
Reference
13
Indikator Mengidentifikasi kemampuan awal pesertadidik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran Matematika SD/MI.
Deskriptor Menyebutkan penguasaan kompetensi prasyarat peserta didik dalam
mata pelajaran Matematika SD/MI.
Butir Soal 13 Untuk membelajarkan kompetensi dasar:’Perkalian bilangan’,
kemampuan awal/ prasyarat yang harus dimiliki siswa adalah
kemampuan ….
a.  membagi
b.  menjumlah
c.  mengurang
d.  menghitung
Kunci Jawaban B, b
Penjelasan Kompetensi prasyarat adalah kemampuan awal yang harus dimiliki
siswa sebelum mempelajari materi/topik/kompetensi tertentu. Jika hal
tersebut tidak dilakukan akan menghambat penguasaanmateri yang
/topik/kompetensi dipelajari. Dalam pembelajaran Matematika,
khususnya kompetensi dasar: ‘’Perkalian bilangan’, ’, maka
kompetensi prasyarat yang harus dimiliki siswa adalah mengikuti tata
tertib di rumah dan sekolah, khususnya kompetensi dasar: ‘’, maka
kompetensi prasyarat yang harus dimiliki siswa adalah menjumlahkan
bilangan
.
Reference
14
Indikator Mengidentifikasi kemampuan awal pesertadidik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI.
Deskriptor Menyebutkan penguasaan kompetensi prasyarat peserta didik dalam
mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI.
Butir Soal 14 Untuk membelajarkan kompetensi dasar: ‘mendeskripsikan benda-benda di sekitar dan fungsi anggota tubuh dengan kalimat sederhana,
maka kemampuan awal/ prasyarat yang harus dimilikisiswa adalah
kemampuan ….
a.  membuat karangan deskriptif
b.  melengkapi kalimat belum selesai
c.  menyusun kalimat sederhana
d.  membaca kalimat sederhana
Kunci Jawaban C
Penjelasan Kompetensi prasyarat adalah kemampuan awal yang harus dimiliki
siswa sebelum mempelajari materi/topik/kompetensi tertentu. Jika hal
tersebut tidak dilakukan akan menghambat penguasaanmateri yang
/topik/kompetensi dipelajari. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia:
‘mendeskripsikan benda-benda di sekitar dan fungsi anggota tubuh
dengan kalimat sederhana’, maka kemampuan awal/prasyarat yang
perlu dimiliki siswa adalah menyusun kalimat sederhana.
Reference
15
Indikator Mengidentifikasi kemampuan awal pesertadidik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran IPS SD/MI.
Deskriptor Menyebutkan penguasaan kompetensi prasyarat peserta didik dalam
mata pelajaran IPS SD/MI.
Butir Soal 15 Kemampuan awal/prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum
mempelajari kompetensi dasar: ‘Mendeskripsikan gejala (peristiwa)
alam yang terjadi negara tetangga’, adalah ….
a.  mendeskripsikan gejala/peristiwa alam yang terjadi di Indonesia
b.  mendeskripsikan gejala/peristiwa alam yang terjadi di Eropa
c.  mendeskripsikan gejala/peristiwa alam yang terjadi di Asia
d.  mendeskripsikan gejala/peristiwa alam yang terjadi di Afrika
Kunci Jawaban C
Penjelasan
Kompetensi prasyarat adalah kemampuan awal yang harus dimiliki
siswa sebelum mempelajari materi/topik/kompetensi tertentu. Jika hal
tersebut tidak dilakukan akan menghambat penguasaanmateri yang
/topik/kompetensi dipelajari. Dalam pembelajaran IPS SD:
‘‘Mendeskripsikan gejala (peristiwa) alam yang terjadi negara
tetangga’, maka kemampuan awal/prasyarat yang perludimiliki siswa
adalah mendeskripsikan gejala/peristiwa alam yang terjadi di
Indonesia.
Reference
16
Indikator Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran Matematika
Deskriptor Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik SD/MI dalam mata
pelajaran Matematika
Butir Soal 16 Pemahaman simbol merupakan salah satukesulitan belajar yang sering
muncul pada siswa. Hal tersebut dapat teridentifikasi melalui
pengerjaan soal ….
a.  4 + 3 = …..
b.  9 - 6 = …..
c.  8 - … = ….
d.  5 + 4 = ….
Kunci Jawaban c
Penjelasan Kesulitan belajar Matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis).
Menurut Lerner dalam Mulyono, karakteristik kesulitan belajar
Matematika meliputi: (1) gangguan dalam hubungan keruangan, (2)
abnomalitas persepsi visual, (3) asosiasi visual–motor, (4) perseverasi,
(5) kesulitan mengenal dan memahami simbol, (6) gangguan
penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan (8)
performance IQ lebih rendah daripada skor Verbal IQ
Kesulitan belajar Matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis).
Menurut Lerner dalam Mulyono, terdapat beberapa kekeliruan umum
yang sering dilakukan oleh anak berkesulitan belajar Matematika,
yakni kekurangan pemahaman tentang: (1) simbol, (2)nilai tempat, (3)
perhitungan, (4) penggunaan proses yang keliru, dan(5) tulisan yang
tidak terbaca.
Contoh: kesulitan yang sering muncul pada siswa yang belum
memahami simbol = , -, + akan mendapat kesulitan ketika
mengerjakan butir soal 8 - …. = …. atau … + 2 = 8 atau …. - 3 = 5,
atau 7 + … = 10
Reference Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(1999) Jakarta: Depdikbud dan RinekaCipta
Indikator Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran Matematika.
Deskriptor Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik SD/MI dalam mata
pelajaran Matematika.
17
Butir Soal 17 Berikut ini karakteristik anak berkesulitan belajar Matematika yang
sering dialami siswa usia sekolah dasar, kecuali ….
a.  adanya gangguan hubungan keruangan
b.  kesulitan dalam bahasa dan membaca
c.  gangguan mengenal dan memahami simbol
d.  performance IQ lebih tinggi dari skor Verbal IQ
Kunci Jawaban D
Penjelasan Kesulitan belajar Matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis).
Menurut Lerner dalam Mulyono, karakteristik kesulitan belajar
Matematika meliputi: (1) gangguan dalam hubungan keruangan, (2)
abnomalitas persepsi visual, (3) asosiasi visual–motor, (4) perseverasi,
(5) kesulitan mengenal dan memahami simbol, (6) gangguan
penghayatan tubuh, (7) kesulitan dalam bahasa dan membaca, dan (8)
performance IQ lebih rendah daripada skor Verbal IQ
Reference Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(1999) Jakarta: Depdikbud dan RinekaCipta
Indikator Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran Matematika.
Deskriptor Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik SD/MI dalam mata
pelajaran Matematika.
Butir Soal 18 Perhatikan soal-soal di bawah ini.
75 68
27 13
_____ _ _____ +
58 71
Jawaban soal di atas menunjukkan salah satu kesalahan umum yang
sering dilakukan oleh anak usia SD yang berkesulitan belajar
Matematika dalam hal ….
a.  proses penghitungan
b.  memahami simbol
c.  nilai tempat
d.  bahasa dan membaca
18
Kunci Jawaban C
Penjelasan Kesulitan belajar Matematika disebut juga diskalkulia (dyscalculis).
Menurut Lerner dalam Mulyono, terdapat beberapa kekeliruan umum
yang sering dilakukan oleh anak berkesulitan belajar Matematika,
yakni kekurangan pemahaman tentang: (1) simbol, (2)nilai tempat, (3)
perhitungan, (4) penggunaan proses yang keliru, dan(5) tulisan yang
tidak terbaca.
Contoh: siswa yang belum memahami nilai tempat satuan, puluhan,
ratusan, dst akan semakin mempersulit jika kepada mereka dihadapkan
pada lambang bilangan yang berbasis bukan sepuluh.
Reference Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(1999) Jakarta: Depdikbud dan RinekaCipta
Indikator Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
Deskriptor Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik SD/MI dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Butir Soal 19 Berikut ini kesulitan yang dimungkinkan muncul pada siswa SD
disebabkan adanya kerusakan-kerusakan pada organ wicara, kecuali
….
a.  suara
b.  kosakata
c.  artikulasi
d.  kelancaran
Kunci Jawaban B
Penjelasan Bahasa merupakan suatu system komunikasi yang terintegrasi
mencakup bahasa ujaran (ekspresi bahasa dalam bentuk wicara),
membaca, dan menulis. Wicara merupakan bentuk penyampaian
bahasa dengan menggunakan organ wicara. Ada tiga komponen
wicara, yaitu (1) artikulasi, (2) suara), dan (3) kelancaran. Adanya
kerusakan pada organ wicara yang terkait dengan salah satu atau lebih
komponen tersebut dapat menimbulkan kesulitan wicara.
19
Reference Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(1999) Jakarta: Depdikbud dan RinekaCipta
Indikator Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik usia sekolah dasar
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
Deskriptor Mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik SD/MI dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia.
Butir Soal 20 Salah satu contoh kesulitan belajar bahasa ang termasuk dalam
kekurangan kemampuan kognitif adalah ….
a.  menangkap makna secara penuh
b.  mengingat kembali kata-kata
c.  membandingkan informasi yang diterima
d.  merumuskan alternatif pemecahan masalah
Kunci Jawaban A
Penjelasan Ada enam komponen bahasa, yaitu (1) fonem, (2) morfem, (3)
sintaksis, (4) semantic, (5) prosodi, dan (6) pragmatik. Adanya
gangguan pada salah satu atau lebih komponen-komponen tersebut
dapat menyebabkan terjadinya kesulitan belajar bahasa. Menurut
Lovitt dalam Mulyono penyebab kesulitan belajar bahasa adalah
kekurangan kognitif, kekurangan dalam memori, kekrangan
kemampuan melakukan evaluasi, kekurangan kemampuan
memproduksi bahasa, dan kekurangan dalam pragmatic atau
penggunaan fungsional bahasa. Contoh kekurangan kognitif:
mengklasifikasi kata, mencari dan menetapkan kata yang ada
hubungannya dengan kata lain (hubungan semantik), menangkap
makna secara penuh, dsb.
Reference Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar,
(1999) Jakarta: Depdikbud dan RinekaCipta

Selasa, 01 Mei 2012

Album Kenangan SMP Sejahtera 2012


Album kenangan SMP Sejahtera 2012,

waktu terus berlalu iringi langkahku dalam suka dalam duka, menangis dan tertawa....
banyak sekali yang akan kita rindukan disini, 

dan juga  merasa kehilangan...
kebersamaan ini.....
Kenanglah....
Kami di Sejahtera


Sampai Berjumpa Lagi


Senin, 09 April 2012

CALON ISTRI YANG BAIK MENURUT TEORY

1. Taat beragama
2. Dari Lingkungan yang baik
3. Perawan
4. Penyabar
5. Memikat hati
6. Amanah
7. Tidak bersolek bila keluar rumah
8. Kufu’ dalam beragama
9. Tidak materialistis
10.Senang menyambung ikatan kerabat
11.Pandai menyimpan rahasia
12.Subur
13.Tabah menderita
14.Bukan pencemburu buta
15.Perangai dan kata-katanya menyenangkan
16.Mudah di lamar
17.Besar cintanya
18.Patuh dan taat
19.Hemat
20.Besar kasih sayang nya kepada anak kecil

Kamis, 05 April 2012

Guru, PGRI dan Segenap Fenomenanya masa sekarang


Guru merupakan sosok manusia yang bisa digugu dan ditiru. Itu kirata basa yang sering terdengar di telinga kita. Pada dunia pewayangan guru adalah tokoh yang sangat ideal dan mumpuni dalam berbagai hal baik pengetahuan (ilmu), sikap perilaku yang bisa ditauladani serta hidupnya secara sederhana yang tidak materialistik. Sebutan untuk guru dalam pewayangan adalah ‘Sang Resi’, atau ‘Sang Begawan’dan adakalanya disebut’ Sang Pandita’
Sang Resi ini hidupnya tenang di tempat yang sepi, akrrab dengan kemiskinan bersama cantrik / siswanya. Siswanya bisa warga satu negara dan juga warga lain negara. Dalam tugasnya mengajar dapat dikatakan tidak men­jumpai berbagai kendala sepertinya layaknya guru di negeri kita ini. Tutur kata dan sikap perilakunya memang bisa ditauladani.
Di dunia nyata ini sosok guru nampaknya tidak jauh berbeda dengan guru dalam dunia wayang yang sege­nap cirinya adalah penuh pengabdian, mengembangkan cakrawala pemikiran generasi siswanya, secara ekonomi tidak dilandasi pamrih yang besar, hidupnya scderhana dan sebagai tumpuan masyarakat dalam memilih sosok panutan. Maka tepatlah  jika guru diberi gelar pahlawan walaupun tanpa harus memikul tanda jasa.
Di mana pun adanya guru adalah garda pelopor kemajuan  bangsa. Tokoh pejuang bangsa banyak berasal dari guru. Presiden Soekarno, Ki Had.jar De­wantara, Buya Hamka, Panglima Besar Jendral Soedirman, Dewi Sartika dan masih banyak lagi  pejuang bangsa dari seorang guru. Mereka bekerja dengan ikhlas walau pun kondisi ekonomi sangat terbatas.
Nampaknya kondisi ekonomi yang sangat terbatas itu sampai sekarang menjadi sumber permasalahan bagi guru. Memang sekarang sudah ada sedikit peningkatan, namun apabila dibandingkan dengan profesi lain masih tetap menduduki ranking terba­wah. Padahal tuntutan bagi guru masa kini semakin terasa berat. Di samping harus dapat mengadaptasi keadaan, penguasaan materi dan dedikasi harus ditingkatkan.
Dunia yang sarat informasi baru (ilmu, teknologi dan budaya) memaksa guru harus mcnipelajarinya. Guru masa kini sangatlah berbeda dengan guru masa lalu. Sekarang siswa lebili banyak menerima informasi baru dari tv, pergaulan, radio. internet, dan berbagai media masa. Hal demikian ini bukan sesuatu yang aneh karena mereka adalah anak orang berduit yang sanggup memenuhi berbagai kebu­tuhan sekunder maupun kebutuhan mewahnya.
Bagaimana keadaan gurunya? Jangankan internet, komputer dan media masa, untuk memenuhi kebu­tuhan pokok keluarga, cukup saja sudah lumayan. Monotonitas kondisi guru ini selamanya tidak akan menarik bagi generasi yang tergolong pandai, lebih-lebih yang mampu sceara eko­nomi. Akibatnya LPTK yang mempro­duksi guru dipenuhi dari orang yang tergolong ekonomi menengah dan bukanlah orang-orang pandai atau .genius. Sehingga wajar jika calon guru  diremehkan oleh orang-orang univer­sitas yang beranggapan leblh unggul dalam kemampuan akademiknya serta mempunyai masa depan yang lebih menjanjikan.
Setelah menjadi guru mereka pun dituntut mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat ini. Yakni dengan mengandalkan kerja yang profesional agar dihasilkan sumber daya manusia ( peserta didik ) berkualitas sebagainlana diamanatkan oleh ( GBHN ). Ini bcrarti guru dituntut meningkatkan kualitasnya sebagai tenaga profesional. Dengan derasnya arus pengetahuan menuntut guru harus selalu siap mensiasatinya. Kondisi demikian inilah memerlukan kesiapan sumber daya manusia khususnya guru.
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA (PGRI)
PGRI adalah organisasi massa dari tenaga kependidikan yang anggotanya terbuka untuk para guru SD, SMP SLTA dan para dosen. Namun kenya­taannya PGRI beranggotakan guru-guru SD sebagai pemegang proporsi paling dominasi. Sedangkan guru SMP dan SMA kurang tergiur untuk menjadi anggota, terlebih para dosen.
Sebagai induk organisasi profesi guru, PGRI mempunyai tanggung jawab untuk melindungi, mengayomi, membina dan memotivasi anggotanya agar mcningkatkan muu wawasan dan kinerjanya. Di era globalisasi ini PGRI dituntut mampu memapankan hingsinya secara profesional. Kepro­fesionalan PGRI merupakan sarana mutlak dalam niengupayakan pening­katan mutu dan proflesi para anggo­tanya. Adalah hal yang lucu jika digembor-gemborkan agar kualitas guru (anggota PGRI) ditingkatkan, sementara ( pengurus ) PGRI sendiri tidak memberi) contoh meningkatkan keprollesionalannya.
Tak terbilang.jumlahnya, pakar yang menyatakan salah satu ciri profesi yang profesional adalah dimilikinya orga­nisasi profesi yang melindungi kepen­tingan angotanya dan meyakinkan para anggota agar menyelenggarakan layanan keahlian terbaiknya. Perta­nyaan yang muncul sekarang, sudah­kah PGRI sebagai organisasi profesi berfungsi seperti itu ?
FENOMENA
Sehubungan dengan strategisnya posisi PGRI sebagai pewarna corak masa depan bangsa maka sewajar­nyalah jika penataan (pengurus dan program), keluasan peranan dan kewenangannya ditinjau kembali sehingga PGRI diharapkan berlungsi banyak bagi kemajuan organisasi.
Memang tidak semudah memba­likkan telapak tangan untuk mencapai peranan PGRI yang ideal. Hal ini tidak bisa dicapai dengan membaca sim salabim ala kedabra namun harus diupayakan sedemikian rupa menyangkut kepedulian penierintah, cendekiawan, kesiapan anggota serta dedikasi yang tinggi pengurus PGRI.
Mcngapa usia PGRI yang sudah lebih dari setengah abad ini belum mampu menampakkan sebagai orga­nisasi profesi ? Jawabnya cukup konipleks. Artinya banyak hal yang saling mempengaruhi sekaligus menjadi kendala bagi tercapainya profesi­onalisme organisasi. Ketidakseim­bangan antara harapan dan kenyataan, hal yang terpaksa harus terjadi. Harapan anggota memang  muluk dan idealis namun kenyataan di lapangan hanyak hal yang tidak mendukungnya :
Pertama, Profesionalisasi pengurus PGRI.  Karena anggota PGRI dido­minasi guru-guru SD, kcpala-kepala SD sedikit guru-guru SMP dan SITA yang biasanya sudah lama menjadi pegawai maka tidak mengherankan jika pengurusnya memegang konsep “top down” / dari atas ke bawah. Akibatnya kebijakan yang ada tidak mencerminkan kehendak anggota secara luas. Hal ini sangat dirasakan oleh anggota.
Kedua, sumber dana. Siapa pun percaya bahwa dana merupakan sarana penunjang yang sangat berpe­ngaruh terhadap kelancaran pelak­sanaan program. PGRI bukanlah BUMN sehingga bcrbicara masalah dana sering menjadi kendala perkembangan PGRI. Dampaknya sering menyunati gaji ji guru (anggota PGRI) dengan sejuta alasan. Kebijakan yang sangat disayangkan mengingat tujuan PGRI ingin menyejahterakan anggota. bukan sebaliknya selalu menjadi pcnjagal gaji guru. Bukankah hal ini menjadi fenomena bagi para anggota PGRI ?
Ketiga, perlunya badan penelitian dan pengembangan (research and development ) Belum adanya badan ini menyebabkan sikap PGRI masih jauh dari harapan. PGRI tak berbuat banyak terhadap masalah-masalah yang seharusnya menjadi garapannya. Misalnya maraknya estasy para pelajar, pergaulan bebas antara siswa­-siswi, tawuran antar kelompok pelajar dan menipisnya moralitas pelajar. Siapa yang akan peduli terhadap masalah­- masalah tersebut  jika bukan guru dan organisasi PGRI?
Keempat, PGRI belum dapat mewujudkan sebagai organisasi pro­fesi. Ciri khas organisasi profesi adalah adanya pengembangan prolesi bagi anggota-anggotanya di bawah bim­bingan, binaan dan sentuhan pengurus organisasi tersebut. Selama ini kegiatan yang dilakukan sama sekali tidak menyentuh pengembangan profesi guru seperti penelitian, karya tulis, kajian suatu masalah dan lain-lain. Sama sekali PGRI belum menyinggung itu.
Dengan menengok fenomena di atas agaknya langkah pertama yang perlu diambil pemerintah adalah menempatkan anggaran pendidikan pada posisi optimal. Peningkatan anggaran ini dipergunakan untuk peningkatan kesejahteraan dan kualitas guru serta subsidi PGRI.
Langkah kedua mendudukkan guru dan kepala sekolah yang profesional ke dalam pengurus inti PGRI. Pengu­rus yang cakap akan mcngambil keputusan yang mencerminkan kei­nginan para anggota. Rasa gengsi pengurus PGRI hendaknya dibuang jauh-jauh sehingga adanya regenerasi kepengurusan diwujudkan tanpa memandang usia maupun lama kerja calon pengurus. Harapan anggota PGRI hendaknya lebih adaptif dan aspiratif.
Langkah ketiga, perlu adanya badan penelitian dan pengembangan sebagai ciri khas organisasi profesi. Sehingga hal-hal yang melingkari keburaman dunia pendidikan akan terangkat dalam pembahasan yang dapat dicari solusinya.
Dengan bertitik tolak itulah eksis­tensi PGRI akan tampak sebagai organisasi profesi yang menjadi dambaan para anggota. Jika PGRI tak dapat mengadaptasi terhadap aspirasi para anggota jangan harap tumbuh kepercayaan guru-guru terhadap keberadaan PGRI. Jika hal demikian itu terwujud maka berkembanglah isu masyarakat yang mengatakan bahwa ada / tidak adanya PGRI dianggap sama. Kenyataan ini menjadi tan­tangan PGRI dalam menghadapi masyarakat yang demokratif, berani mengkritik, melek hukum, dan berwa­wasan ke depan

Sejarah PGRI Masa Orde Lama

A. GERAKAN GURU PADA MASA PERJUANGAN KEMERDEKAAN
Pada zaman Belanda, terdapat bermacam – macam sekolah yang diperuntukkan bagi golongan tertentu. Guru – gurunya adalah tamatan bermacam sekolah guru, antara lain Sekolah Guru Desa, Kweekschool (KS), dll. Perbedaan dalam penggajian dan kedudukan tidak jarang menimbulkan pertentangan antar golongan. Pemerintah Belanda secara sistematis sengaja menciptakan golongan tinggi dan golongan rendah.
Para guru lulusan berbagai jenis sekolah yang ada pada masa itu berusaha memperjuangkan nasibnya. Pada tahun 1908 lahirlah Vereniging van Spoor en Tramweg Personeel in Nederlands Indie (VSVT), organisasi tersebut bergerak untuk menuntut perbaikan nasib dan kedudukan yang wajar dan adil.
Mulai tahun 1907, terjadi perkembangan penting pada kelas tinggi Eerste-Inlandse School (EIS) yaitu diberikannya pelajaran bahasa Belanda. Setelah 7 tahun, EIS kemudian berubah menjadi Hollands-Inlandse School (HIS). Arti penting dari perubahan ini adalah supaya terbuka kesempatan bagi putra – putrid Indonesia untuk memasuki pintu gerbang ilmu pengetahuan umum, ilmu politik, ilmu sosial, sejarah, dan sebagainya.
Sejarah organisasi perjuangan guru pada zaman Belanda dimulai pada tahun 1912 dengan berdirinya Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) yang diketuai Karto Soebroto yang bersifat unitaristik. Kondisi sosial politik pada waktu itu mempersulit terciptanya kesatuan bahasa dalam perjuangan guru. PGHB yang berbentuk union tersebut akhirnya pecah dan mereka masing – masing anggota berjuang sesuai program kerjanya, terutama memperjuangkan perbaikan gaji. Pada tahun 1919 terbentuk gerakan – gerakan baru, PGB, PNS, KSB dan SOB.
Pada tahun 1932, PGHB diganti menadi PGI (Persatuan Guru Indonesia). Pada tahun 1930-an terdapat Perserikatan Volkbonden Pegawai Negeri (PVPN). Pada Desember 1939, jumlah seluruh anggota PVPN sebanyak 41.521 orang.
Perang Dunia II pecah tahun 1939. Negei Belanda diduduki oleh tentara Jepang. Pada zaman Jepang, keadaan sama sekali berubah. Segala organisasi dilarang, segala kegiatan pendidikan dan politik membeku. Menjelang jepang takluk pada tenyara Sekutu, sekolah mulai dibuka kembali.
B.  LAHIRNYA PGRI TANGGAL 25 NOVEMBER 1945
Proklamasi merupakan jembatan emas setelah bangsa Indonesia melewati perjuangan fisik untuk kemudian mulai membangun Indonesia yang baru, merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur berdasarkan pancasila.
Semangat proklamasi itulah yang menjiwai penyelenggaraan Kongres Pendidik Bangsa pada tanggal 24 – 25 November 1945 bertempat di Sekolah Guru Puteri (SGP) Surakarta. Dari kongres itu lahirlah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Pendiri PGRI antara lain Rh. Koesnan, Amin Singgih, Ali Marsaban, Djajeng Soegianto, Soemidi Ajisasmito, Abdullah Noerbambang, dan Soetono. Mereka serentak bersatu untuk mengisi kemerdekaan dengan 3 tujuan; a.) mempertanamkan dan menyempurnakan Republik Indonesia; b.) mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaransesuai dasar – dasar kerakyatan; c.) membela hak dan nasib para buruh umumnya dan khususnya para guru.
PGRI lahir sebagai “anak sulung” dari Proklamasi Kemerdekaan yang memiliki  sifat dan semangat seperti “ibu kandungnya”, yaitu semangat persatuan dan kesatuan, pengorbanan dan kepahlawanan untuk menentang penjajah. PGRI merupakan organisasi pelopor dan pejuang. Sementara itu tujuan kedua adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Tujuan yang ketiga sebagai wahana meningkatkan perjuangan untuk perbaikan nasib anggotanya.
Pada tanggal 24 – 25 November 1945 diadakan Kongres Guru Indonesia di Surakarta. Di dalam kongres tersebut , terdapat pengurus – pengururs sebagai berikut :
Ketua                      : Tn. Amin Singgih
Wakil Ketua           : 1. Tn. Koesnan
                                2. Tn. Soekitro
Penulis                    : 1. Tn. Djajengsoegito
                                 2. Tn. Alimarsaban
Bendahara              : 1. Tn. Soemidi Adisasmita
                                 2. Tn. Siswowidjojo
Anggota                  : 1. Nona Siti Wahjoenah
2. Tn. Martosoedigdo
3. Tn. Reksosoebroto (Siswowardodjo)
4. Tn. Parmoedjo
C.  PGRI PADA MASA PERANG KEMERDEKAAN
Cita – cita PGRI sejalan dengan cita – cita bangsa Indonesia secara keseluruhan. Para guru menginginkan kebebasan dan kemerdekaan, memacu kecerdasan bangsa dan membela serta memperjuangkan kesejahteraan anggotanya. Pada tanggal 23 – 24 November 1946 diaadakan Kongres PGRI di Surakarta. PGRI mengajukan 3 tuntutan kepada pemerintah, yaitu mengenai Undang – undang Pokok Pendidikan dan Perburuhan, Sistem Pendidikan, dan Gaji guru. Tuntutan tersebut mendapat perhatian dari pemerintah.
Kemudian pada tanggal 27 – 29 Februari 1948 diadakan Kongres III PGRI di Madiun. Kongres ini memutuskan bahwa untuk menigkatkan efektivitas organisasi, ditempuh jalan dengan memekarkan cabang – cabang yang tadinya setiap keresidenan memiliki satu cabang menjadi cabang yang lebih kecil. Untuk membantu tugas pengurus besar dibentuklah komisariat daerah pada setiap keresidenan.
PGRI memiliki haluan dan sifat perjuangan yang jelas, yaitu mempertahankan NKRI, meningkatkan pendidikan dan pengajaran nasional sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945, dan tidak bergerak dalam lapangan politik (non-partai politik).
D. PGRI PADA MASA DEMOKRASI LIBERAL
  1. Kongres IV PGRI di Yogyakarta : 26 – 28 Februari 1950
Menurut catatan, Kongres IV mewakili 15.000 anggota dari 76 cabang. Guru – guru yang bernaung dibawah panji – panji PGRI secara aklamasi mengambil keputusan untuk mempersatukan semua guru di seluruh tanah air dalam satu organisasi kesatuan yaitu PGRI.
PB PGRI segera melakukan kontak dengan tokoh – tokoh guru di Medan, Banjarmasin, Makassar dan Denpasar. Selain mengirim “Maklumat Persatuan”, dikirimkan juga seluruh keputusan Kongres IV dan AD/ART kepada para utusan yang menghadiri Kongres tersebut. Mereka ditugaskan supaya secepatnya memberikan laporan ke Jakarta dan Yogyakarta tentang tanggapan para guru terhadap “Maklumat Persatuan” serta perkembangan selanjutnya.
Pada akhir Februari 1950, sebanyak 30 cabang SGI di seluruh Negara Pasudan menyatakan memisahkan diri dari SGI kemudian masuk PGRI.
  1. Kongres V PGRI di Bandung : 19 – 24 Desember 1950
Kongres ini secara keseluruhan melibatkan 202 cabang dari 301 cabang PGRI yang ada. Dalam kongres ini dibicarakan masalah yang prinsipil dan fundamental, yaitu mengenai asa organisasi yang akhirnya Pancasila ditetapkan sebagai asas organisasi.
Hasil nyata dari konsolidsi ialah masuknya 47 cabang di Sulawesi dan Kalimantan ke dalam barisan PGRI, sedangkan sebanyak 2.500 guru yang sedianya akan di gaji berbeda – beda menurut ketentuan swapraja/swatantra dapat tertolong dan digaji dengan mengikuti standar yang seragam dari pusat.
  1. Kongres VI PGRI di Malang : 24 – 30 November 1952
Kongres ini menyepakati beberapa keputusan penting. Dalam bidang pendidikan disetujui agar sistem pengajaran diselaraskan dengan kebutuhan negara pada masa pembangunan, KPKPKB dihapuskan pada akhir tahun pelajaran 1952/1953, KPKB ditiadakan atau dirubah menjadi SR 6 tahun, kursus B-1/B-II untuk pengadaan guru SLTP dan SLTA diatur sebaik-baiknya, diadakan Hari Pendidikan Nasional.
Dalam kongres ini disahkan pula “Mars PGRI” ciptaan Basoeki Endopranoto. Dalam melaksanakan keputusan kongres VI, agenda yang dirasakan paling berat oleh PB PGRI adalah memperjuangkan anggaran Kementrian PP & K hingga mencapai 25% dari seluruh anggaran pemerintah.
Dalam bidang organisasi, konsolidasi terus dilakukan dengan meneliti dan mengambil tindakan terhadap cabang-cabang PGRI yang tidak menegnai ketentuan-ketentuan organisasi. Sebagai tindak lanjut dari resolusi Kongres VI di Malang mengenai pendidikan nasional, PB PGRI membentuk Panitia Konsepsi Pendidikan Nasional. Dalam bidang perburuhan dari keputusan yang diperjuangkan banyak diantaranya yang tercapai, antara lain; uang jalan PS/PSK meningkat 3 kali lipat, adanya pedoman pengangkatan bagi guru, tunjangan bagi pemangku jabatan, tunjangan hari raya sebesar 25% dari pendapatan bersih per bulan, tunjangan bagi guru-guru yang berada di daerah.
  1. Kongres VII PGRI di Semarang : 24 Nov. s/d 1 Des. 1954
Hasil kongres ini antara lain, Bidang Umum; pernyatan mengenai irian barat, resolusi mengenai desentralisasi sekolah. Bidang pendidikan antara lain; resolusi mengenai anggaran belanja PP & K, resolusi mengenai UU Sekolah Rakyat dan UU Kewajiban Belajar. Bidang perburuhan antara lain; tunjangan khusus bagi pegawai yang bertugas didaerah yang tidak aman, guru SR dinyatakan sebagai pegawai tetap. Dalam bidang organisasi keputusan yang sangat penting adalah pernyataan PGRI untuk keluar dari GBSI dan menyatakan diri sebagai organisai “Non-vaksentral”. Dalam kongres ini dibicarakan pula masalah pendidikan agama.
  1. Kongres VIII PGRI di Bandung : (1956)
Kongres ini dihadiri oleh hampir seluruh cabang PGRI di Indonesia. Jumlah anggota PGRI meningkat menjadi 107.032 orang, tersebar di 511 cabang seluruh Indonesia. Mengenai sistem pendidikan yang masih mengandung unsur-unsur pendidikan kolonial, PGRI terus mendesak pemerintah untuk segera mengubahnya sehingga lebih bersifat nasional. PGRI juga mengusulkan kepada pemerintah untuk agar lebih memperhatikan kesehatan dan kesejahteraan murid dan guru.
Mengenai Hari Pendidikan, pemerintah kemudian menetapkan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional, sementara itu tanggal 25 November diperingati sebagai Hari Guru Nasional yang ditetapkan melalui Keputusan Presiden tahun 1994.
PGRI selalu berusaha memperjuangkan kepastian karier guru. Kongres VII PGRI mendesak pemerintah untuk membentuk Pnitia Amandemen PGPN. Tidak lama setelah kongres berakhir, pemerintah membentuk panitia dimaksud yang diberi waktu satu tahun untuk menyelesaikan tugasnya. Usul-usul PGRI untuk memperbaiki PGPN hampir seluruhnya diterima oleh panitia tersebut.
E.  PGRI PADA MASA DEMOKRASI TERPIMPIN
  1. Lahirnya PGRI Non-Vaksentral/PKI
Periode tahun 1962-1965 terjadi perpecahan dalam tubuh PGRI yang lebih hebat dibandingkan dari periode-periode sebelumnya. Pada bulan-bulan pertama PGRI mengalami kesulitan besar terutama karena kekurangan dana. Meskipun demikian, kegiatan PGRI tetap berjalan dalam upaya memperjuangkan nasib para guru. Masalah dukungan PGRI terhadap masuknya PSPN ke dalam SOKSI yang diputuskan dengan 12 suara pro lawan 2 suara kontra pada hakekatnya tidak mengubah kekompakan dilingkungan PB PGRI.
Suasana tegang benar-benar terasa setelah PB PGRI ikut serta dalam Musyawarah Penegasan Pancasila sebgai Dasar Pendidikan Nasional. Setelah PGRI ikut serta dalamMusyawarah Penegasan Pancasila tersebut, Moejono dan Ichwani mengajukan nota pengunduran diri.
Kemudian kelompok soebandri-Moejono-Ichwani menyelenggarakan rapat, karena bila terlambat mereka tidak bisa lagi mempergunakan dalih Non-Vaksentral sebagai sejata propaganda mereka. Selain melalui PGRI penyusupan mereka dilakukan pula terhadap aparatur pendidikan, terutama di lingkungan departemen P & K.
  1. Pemecatan Massal Pejabat Departemen PP & K (1964)
Sistem pendidikan Pancawardhana (pidato inaugurasi Dr. Busono Wiwoho) dilandasi dengan prinsip-prinsip: perkembangan cinta bangsa dan tanah air, perkembangan kecerdasan, perkembangan emosional-artistik, perkembangan keprigelan/kerajinan tangan, dan perkembangan jasmani.
Isi pidato tersebut menimbulkan pertentangan dan kegelisahan dikalangan pendidik. Keputusan Presiden tanggal 4 agustus 1964 yang diambil atas usul Menteri P & K tentang Reorganisasi Departemen P & K yang mengubah jumlah Pembantu Menteri P & K dari 3 menjadi 2 orang. Maka sebanyak 28 pegawai tinggi Departemen P & K mengirim surat kepada Menteri Prijono dengan maksud untuk menjernihkan kebali suasana P & K. Surat itu ditanggapi dengan memberhentikan ke-27 pejabat tersebut dengan alasan “atas dasar permintaan sendiri”. Berbagai ormas dan beberapa wakil dari Dinas P & K memprotes keras pemberhentian tersebut.
  1. PGRI Pasca Peristiwa G30S/PKI
Bagi PGRI, periode tahun 1966-1972 merupakan masa perjuangan untuk turut menegakkan Orde Baru, masa konsolidasi dan penataan kembali organisasi serta masa meneruskan dan menyesuaikan misi organisasi secara tegas dan tepat dalam pola pembangunan nasional yang baru. Kegiatan dan perjuangan PGRI dalam bidang pendidikan semenjak Kongres VIII PGRI tahun 1956 di Bandung mulai dibina kembali. Identitas PGRI sendiri bersifat unitaristik, independen, dan non-partai politik. Mengenai kedudukan PGRI sendiri sejak Kongres VII ditegaskan bahwa PGRI adalah organisasi non-vaksentral
Perjalanan PGRI dipengaruhi oleh berbagai kepentingan golongan politik dari luar. Dalam setiap kongres, terutama saat pemilihan pimpinan PB PGRI, banyak partai politik ikut campur. Hal ini memang tidak dapat dihindarkan dan sangat menyulitkan kedudukan PGRI.
  1. Usaha PGRI Melawan PGRI Non-Vaksentral/PKI
Setelah PKI yang diwakili oleh guru-guru berorientasi ideologi komunis tak mampu lagi mealkukan taktik – taktik penyusupan terhadap PGRI, mereka mengubah siasat dengan melakukan usaha terang-terangan untuk memisahkan diri dari PGRI. Mereka kemudian menyebut dirinya PGRI Non-Vaksentral (PGRI NV).
Pergolakan hebat yang ditimbulkan oleh munculnya PGRI NV terasa benar didaerah. Untuk menyelamatkan pendidikan dari berbagai ancaman dan perpecahan dikalangan guru, Presiden Soekarno turun tangan dengan membentuk Majelis Pendidikan Nasional yang menerbitkan Penpres (Penetapan Presiden) No. 19 tahun 1965 tentang Pokok – pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila sebagai hasil kerja dari Panitia Negara untuk Penyempurnaan Sistem Pendidikan Pancawardhana. Tetapi bagi PGRI penpres tersebut tidak berhasil mempersatukan kembali organisasi ini.
  1. PGRI SEJAK LAHIRNYA ORDE BARU
  2. Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI)
Peristiwa G30S/PKI merupakan puncak dari apa yang sebelumnya berlangsung ditubuh PGRI. Pada tanggal 2 Februari 1966 para guru membentuk KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia). Bagi PGRI-Kongres, KAGI merupakan wahana untuk menyatukan semua organisasi guru yang tadinya terkotak-kotak sebagai produk politik Orde Lama.
Tugas utama KAGI adalah membersihkan dunia pendidikan dari unsure-unsur PKI dan orde lama, menyatukan semua guru dalam satu wadah organisasi guru yaitu PGRI, memperjuangkan agar PGRI tidak hanya bersifat unitaristik tetapi juga independen dan non-partai politik.
Bukti keberhasilan Orde Baru dalam kongres ini terlihat dari hasil-hasil kongres idbidang umum/politik dan susuna PB PGRI Masa Bakti XI.
  1. Konsolidasi Organisasi pada Awal Orde Baru
Konsolidasi organisasi PGRI dilakukan ke daerah-daerah dan cabang-cabang. Kunjungan-kunjungan PB PGRI secara intensif ke Jawa Tengah dan Jawa TImur mutlak diperlukan. Pembetukan KAGI di Jawa Tengah dan Jawa Timur antara lain untuk menyelamatkan PGRI dari kemelut politik diwaktu itu.
Hubungan antara PGRI dengan organisasi guru diluar negeri mulai dirintis kembali.
  1. Arti Lambang PGRI
Kongres XIII PGRI tahun 1973 menetapkan perubahan-perubahan yang mendasar dalam bidang organisasi, yaitu berubahnya sifat PGRI dari organisasi serikat pekerja menjadi organisasi profesi guru; ditetapkannya kode etik guru di Indonesia; perubahan lambag dan panji organisasi PGRI yang sesuai dengan organisasi profesi guru; dan adanya Dewan Pembina PGRI.
Arti keseluruhan daripada lambang PGRI adalah: Guru Indonesia dengan itikad dan kesadaran pengabdian yang murni dengan segala keberanian, keluhuran jiwa dan kasih sayang senantiasa menunaikan darma baktinya kepada Negara, tanah air dan bangsa Indonesia dalam mendidik budi pekerti, cipta, rasa, karsa dan karya generasi bangsa menjadi manusia Pancasila yang memiliki moral, pengetahuan, ketrampilan dan akhlak yang tinggi.
  1. Berdirinya YPLP-PGRI dan Wisma Guru
Kongres XIV PGRI tanggal 26-30 Juni 1979 di Jakarta menghasilkan salah satu keputusan penting yaitu mengenai pendirian Wisma Guru. Dan dalam kongres tersebut juga diputuskan dan ditegaskan bahwa pembinaan lembaga pendidikan PGRI perlu dilakukan secara konsepsional, nasional dan terkendali secara organisatoris.
Untuk melaksanakan keputusan kongres, PB PGRI membentuk YPLP-PGRI dengan notaris Akta Moh. Ali No. 21 tanggal 31 Maret 1980 yang berlaku surut sejak tanggal 1 Januari 1980. Pada tahap awal pelaksanaan tugasnya, YPLP-PGRI megadakan inventarisasi terhadap lembaga pendidikan PGRI.
G.  REFLEKSI TENTANG MASA DEPAN PGRI
Banyak kemungkinan arah PGRI 30 tahun mendatang, salah satu kemungkinannya adalah dengan menggunakan beberapa kategori pendekatan.
  1. Kategori fundamental, yaitu sebagai organisasi yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 dan GBHNnya.
  2. Kategori teknis. Salah satu diantaranya adalah dengan mengembangkan dan mendorong proses-proses perubahan yang sistematis dalam tubuh PGRI
  3. Kategori terapan.
Berdasarkan pengamatan bertahun-tahun, tampak jelas bahwa PGRI seperti halnya organisasi yang lainnya mempunyai pengalaman yang penting dalam rangka menyukseskan strategi yang bersifat kuantitatif. Dalam rangka melaksanakan strategi kualitatif, PGRI perlu mengadakan investasi secara bekelanjutan. Ini juga berarti kode etik guru Indonesia tidak hanya diucapkan, tetapi juga berkembang dalam sikap, pola tindakan dan prestasi para anggota PGRI yang makin professional

Rabu, 21 Maret 2012

Berfikir Kritisq


Berpikir Kritis adalah "ketetapan yang hati-hati dan tidak tergesa-gesa untuk apakah kita sebaiknya menerima, menolak atau menangguhkan penilaian terhadap suatu pernyataan, dan tingkat kepercayaan dengan mana kita menerima atau menolaknya."
dari Critical Thinking oleh Moore dan Parker.
Karakteristik Pemikiran Kritisku
· Aq jujur terhadap diri sendiri
· Aq melawan manipulasi
· Aq mengatasi confusion
· Aq bertanya
· Aq mendasarkan penilaiannya pada bukti
· Aq mencari hubungan antar topik
· Aq bebas secara intelektual
Diadaptasi dari Critical Thinking oleh Vincent Ryan Ruggiero